Minggu, 26 September 2010

Tugas TPKI 3

Tugas ke-3 untuk matakuliah TPKI, mengenai BAB II yaitu Pengembangan Paragraf.

Baca Materi di bawah ini dengan seksama.


PARAGRAF

Paragraf adalah bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran. Terdapat tiga persyaratan agar paragraf menjadi padu yaitu kesatuan dan kelengkapan. Apabila sebuah paragraf itu bukan paragraf deskriptif atau naratif, secara lahiriah unsure paragraph itu berupa :

1. Kalimat topik atau kalimat utama
2. Kalimat pengembang atau kalimat penjelas
3. Kalimat penegas
4. Kalimat, klausa, prosa dan penghubung

Dalam sebuah karangan yang utuh, fungsi utama paragraf yaitu :

1. Untuk menandai pembukaan atau awal ide/gagasan baru
2. Sebagai pengembang lebih lanjut ide sebelumnya
3. Sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebih dahulu

PERSARATAN PARAGRAF YANG BAIK

* Kepaduan paragraf

Agar paragraf menjadi baik, anda harus memperhatikan persyaratannya. Persyaratan paragraf yang baik yaitu adanya kepaduan, kesatuan, dan kelengkapan. Untuk mencapai kepaduan, langkah-langkah yang harus anda tempuh adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu

* KESATUAN PARAGRAF

Selain kepaduan, persyaratan penulisan paragraf yang baik adalah prinsip kesatuan. Yang dimaksud dengan kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang diletakan diawal paragraf dinamakan paragraf deduktif, sedangkan kalimat utama yang diletakan diakhir paragraf induktif.

* KELENGKAPAN PARAGRAF

Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila didalamya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dan lain-lain. Selain itu, kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat didalam paragraf. Kemudian kalimat penjelas sering memerlukan bantuan kata penghubung antarkalimat maupun kata penghubung antarkalimat.

PENGEMBANGAN PARAGRAF

* CARA PERTENTANGAN

Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan.

* CARA PERBANDINGAN

Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan biasanya menggunakan ungkapan seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, akan tetapi, sedangkan, sementara itu.

* CARA ANALOGI

Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Kata-kata yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti, dan bagaikan.

* CARA CONTOH-CONTOH

Kata seperti, misalnya, contohnya, dan lain-lain adalah ungkapan-ungkapan dalam pengembangan dalam mengembangkan paragraf dengan contoh.

* CARA SEBAB AKIBAT

Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang digunakan yaitu padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.

* CARA DEFINISI

Adalah, yaitu, ialah, merupakan adalah kata-kata yang digunakan dalam mengembangkan paragraf dengan cara definisi.

* CARA KLASIFIKASI

Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan cirri-ciri tertentu. Kata-kata atau ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.

=============================================================================
PENGEMBANGAN PARAGRAF

1. Pengertian Paragraf

Paragraf mempunyai beberapa pengertian :
a. Paragraf adalah karangan mini yang artinya, semua unsure karangan yang panjang ada dalam paragraf.

b. Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun secara lengkap, utuh, dan padu.

c. Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.

d. Paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan. Sekalipub tidak sempurna, paragraf yang terdiri satu kalimat dapat digunakan. Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antarparagraf, sekaligus memperbesar efek dinamika bahasa. Akan tetapi, sebagai kesatuan gagasan menjadi suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap, paragraf hendaklah dibangun dengan sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan mengembangkan satu gagasan

2. Syarat Paragraf Yang Baik

Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi penggunaan sudut pandang.

2.1. Kesatuan Paragraf ( Kesatuan Pikiran )

Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Paragraf dapat berupa beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan kesatuan, tidak satu kalimatpun yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Jika terdapat kalimat yang sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya.


Contoh paragraf tanpa kesatuan pikiran :
( 6 -1 ) 1) Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. 2) Beberapa siswa tingkat SD sampai dengan SMU / SMK berhasil menjuarai olimpiade fisika dan matematika. 3) Walaupun kebutuhan ekonomi masyarakat relatif rendah, beberapa siswa berhasil memenangkan kejuaraan dunia dalam lomba tersebut. 4) Kreativitas baru tersebtu membanggakan kita semua.
Paragraf ( 6 – 1 ) di atasw tanpa kesatuan pikiran. Kalimat 1 sampai dengan 3 mengungkapkan pikiran yang berbeda – beda. Masing – masing tidak membahas satu pikiran yang sama, dan kalimat 4 saja yang menunjukkan adanya hubungan. Akibatnya, paragraf menjadi tidak jelas struktur dan maknanya. Bandingkan dengan paragraf ( 6 – 2 ).

Contoh paragraf dengan kesatuan pikiran :
( 6 – 2 ) 1) Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. 2) Dengan kebebasan ini, para guru dapat dengan leluasa mengajar siswanya sesuai dengan kompetensi siswa dan lingkungannya. 3) Kondisi kebebasan tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah, dan siswa termotivasi untuk berkembangn. 4) Siswa belajar dalam suasana gembira, aktif, kreatif, dan produktif. 5) Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan ajar di sekolah dan lingkungannya. 6) Kreativitasnya menjadi tidak terbendung.
Paragraf ( 6 – 2 ) dikembangkan dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama yaitu kebebasan berekspresi ( kalimat1 ). Kalimat 2 membahas dampak pikiran pada kalimat 1 siswa dapat belajar dengan basis kompetensinya. Kalimat 3 siswa belajar penuh gairah sebagai dampak pikiran kalimat 2. Kalimat 4 berisi siswa menjadi kreatif sebagai damapk pikiran kalimat 4. Kalimat 5 siswa belajar secara sinergis teori dan praktik sebagai dampak pikiran kalimat 4. Kalimat 6 kreativitas siswa tidak terbendung sebagai dampak pikiran kalimat 5.

2.2. Kepaduan

Paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat – kalimat yang berhubungan logis. Hubungan pikiran – pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu padu, utuh, dan, kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui repetisi ( pengulangan ) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan bentuk parallel.

2.2.1. Pengulangan Kata kunci

Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci ( sinonimnya ) yang telah disebutkan dalam kalimat pertama diulang pada kalimat kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Dengan pengulangan itu, paragraf menjadi padu, utuh, dan kompak.
Contoh :
( 1 – 1 ) 1) Budaya merupakan sumber kreativitas baru. 2) Budaya baik yang berupa sistem ideal, sistem social, maupun sistem teknologi, ketiganyan dapat dijadikan sumber kerativitas baru. 3) Budayyang bersumber pada sistem ideal dapat mengarahkan kreativitas konsep – konsep pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan, dan lain – lain. 4) Budaya yang bersumber sistem social dapat mengendalikan perilaku social atau masyarakat termasuk para pemimpinnya. 5) Budaya yang bersumber pada sistem teknologi dapat mengendalikan kreativitas baru berdasarkan geografis bangsa, misalnya sebagai Negara pertanian harus memproduksi teknologi pertanian, sebagai Negara kelautan harus mengembangkan teknologi kelautan, dan sebagainya. 6) Sinergi dari ketiga sistem Budaya dapat menghasilkan kreativitas yang lebih sempurna. 7) Misalnya, produk pertanian yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, kondisi alam, dan daya pikir masyarakat akan menghasilkan Budaya yang lebih disukai.
Kata kunci paragraf di atas yaitu Budaya. Kata ini diulang pada setiap kalimat. Dalam paragraf kata kunci berfungsi untuk mengikat makna sehingga menghasilkan paragraf yang jelas makna dan strukturnya.

2.2.2.Kata Ganti

Kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti, pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama ( terdahulu ) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti ( padanan ) dapat pula menggantikan kalimat, paragraf, dan dapat pula menggantikan bab.

Misalnya :
(1) Kata ganti :
pengusaha – ia
pengusaha – pengusaha – mereka
seorang gadis – ia
saya dan dia – kami
saya dan kamu – kita

(2) Padanan
Ekonomi Indonesia segera bangkit. Hal ini ditandai dengan stabilnya nilai rupiah terhadap mata uang asing. Selain itu, hal ini juga dapat dirasakan adanya kenaikan pendapatan nasional sebesar 5 persen setahun sejak awal 2005 sampai dengan akhir 2006. Hal ini …
Bagaimana fakta yang dirasakan oleh masyarakat ? Masalah ini sudah diteliti oleh tim ahli yang independen dan hasilnya sudah dianalisis.

2.3. Ketuntasan

Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal ini dapat diwujudkan dengan :
1) Klasifikasi yaitu pengelompokan objek secara lengkap dan menyeluruh. Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu sederhan dan kompleks. Klasifikasi sederhana membagi sesuatu ke dalam dua kelompok, misalnya : pria dan wanita, besar dan kecil, baik dan buruk. Sedangkan klasifikasi kompleks membagi sesuatu menjadi lebih dari dua kelompok, misalnya : besar – sedang – kecil, pengusaha besar – menengah – kecil, negara berkembang – negara terbelakang.
2) Ketuntasan bahasan yaitu kesempurnaan memnahas materi secara menyeluruh dan utuh. Hal ini harus dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah, tidak sahih, dan tidak valid.
Contoh :
( 8 – 1 ) Mahasiswa di kelas itu terdiri dari 15 orang perempuan dan 13 orang laki – laki. Prestasi perempuan mencapai IPK 4 sebanyak 3 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang, dan IPK 2,7 sebanyak dua orang. Sedangkan prestasi laki – laki mencapai IPK 4 sebanyak 2 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang. Mereka yang belum mencapai IPK 4 berupaya meningkatkannya dengan menulis skripsi sesempurna mungkin sehingga dapat mengangkat IPK lebih timggi. Sedangkan mereka yang sudah mencapai IPK 4 juga berupaya mendapatkan nilai skripsi A dengan harapan dapat mempertahankan IPK akhir tetap 4.
Klasifikasi objek pada contoh di atas menunjukkan ketuntasan. (1) Seluruh objek (mahasiswa) diklasifikasi. Tidak seorangpun dalam kelas itu yang tidak masuk ke dalam kelompok. (2) Klasifikasi pembahasan gagasan juga tuntas. Pengelompokan IPK yang dicapai oleh mahasiswa ( IPK 4, 3, dan 2,7 ) di kelas itu dibahas seluruhnya, tidak ada gagasan dan fakta yang tertinggal.

2.4. Konsistensi Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya. Dalam cerita, pengarang sering menggunakan sudut pandang aku seolah – olah menceritakannya dirinya sendiri.

3. Pengembangan Paragraf

Paragraf dapat dikembangakan dengan cara pertentangan, perbandingan, analogi, contoh, sebab akibat, definisi, dan klasifikasi.

3.1. Cara Pertentangan

Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan biasanya menggunakan ungkapan – ungkapan seperti berebeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan dengan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari.
Contohnya :
HUKUM INDONESIA
“ Orde 1998 – 2006 “ atau orde politik Indonesia kini jauh berbeda dari “ orde 1967 – 1998 “. Ini menyebabkan kehidupan dan penegakkan hokum dalam kedua periode orde utu juga berbeda besar. Orde pemerintahan Soeharto memiliki kecenderungan kuat kea rah sentralisme, otoriter, dan represif. Kekuasaan poltik dengan efisien dan efektif mengendalikan kekuasaan public, baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Meski peraturan yang membolehkan campur tangan presiden ke dalam pengadilan dicabut dalam periode utu, tetapi pencabutan itu tidak dapat menahan kekuatan poltik Soeharto untuk mencampuri urusan pengadilan. Sejak 1998, orde poltik disebtu reformasi bertolak belakang dengan watak orde sebelumnya. Jika sebelumnya otoriter dan tertutup, orde 1998 mengkedepankan akuntabilitas public dan keterbukaan ( transparency ). Perubahan besra itu amat berpenngaruh terhadap penegakan hukm atau cara bangsa ini berhukum. Ibarat kotak yang tertutup rapat lalu dibuka, isinya berhamburan seranya mengibarkan panji – panji demokrasi rakyat, berani merangsek maju, mendobrak pintu kekuasaan yang sebelumnya angker, apakah itu pemerintah, kejaksaan, pengadilan, atau lainnya. Demokrasi dalam hokum melahirkan lembaga – lembaga independen, seperti Komisi Yudisial, Komisi Pemberantasan Korupsi, Mahkamah Konstitusi, dan banyak komisi lainnya. Kekuasaan yang semula terpusat mulai didelegasikan ke daerah legislasi otonomi daerah yang menimbulkan banyak masalah ( Kompas, 2007 : 29 ).

3.2. Cara Perbandingan

Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan biasanya menggunakan ungkapan seperti serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dnegan, akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu.
Berikut contohnya :
Seruan “Kiri!” seorang penumpang angkot untuk turun dari mobil yang ditumpanginya, misalnya di Bandung, mungkin tidak lazim di beberapa daerah lain seperti Manado, Gorontalo, dan Malaysia, yang membuat para penumpang serempak menengok ke kiri. Seperti halnya di bandung, di Jakarta juga menggunakan seruan “Kiri” untuk menghentikan angkot. Akan tetapi, di Manado kata yang diserukan yaitu “Muka”. Sementara itu, seruan “Minggir!” lazim digunakan di daerah Lampung untuk menandakan penumpang yang akan berhenti. Lain halnya dengan di Padang, meskipun penumpang yang turun lebih dari satu atau mungkin seluruh penumpang, kata seruan yang digunakan “Siko Cieh!” yang berarti “Di sini satu!” (Mulyana, 2000 : 259).



3.3. Cara Analogi

Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya, pengembangan analogi dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata – kata yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti, dan bagaikan.

Contoh pengembangan cara analogi :
Dalam persoalan Poso kita memang diingatkanbahwa penanganannya tidaklah mudah. Ibaratnya kita diminta untuk memegang telur. Kalau terlalu keras memegangnya, telur itu akan pecah, tetapi kalau terlalu longgar juga akan pecah karena akan terlepas dari tangan. Kita harus menanganinya secara tepat dan yang harus menjadi perhatian kita bersama janganlah masalah ini membuat kita sebagai bangsa menjadi pecah. Kasihanilah para pahlawan dan mereka yang berharap masa depan (Kompas, 2006 : 6).

3.4. Cara Contoh – contoh

Kata seperti, misalnya, contohnya, dan lain – lain adalah ungkapan – ungkapan dalam pengembangan dala mengembangkan paragraf dengan contoh.
Contohnya :
Selain tipe introvert, sifat manusia adalah oekstrover. Tipe ekstrover adalah orang – orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang lain, dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe ekstrover memiliki sifat – sifat tertentu, contohnya berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah tamah, penggembira, mudah memengaruhi, dan mudah dipengaruhi oleh orang lain (Purwanto, 1984 : 147).

3.5. Cara Sebab Akibat

Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan jiak menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang digunakan yaitu padahal, akibatnya, oleh krena itu dan karena.
Berikut contohnya :
Seharusnya Indonesia telah menerapkan Negara kesehjateraan sejak awal kemerdekaan. Program Jamsostek baru dimulai pada 1976 sehingga Indonesia tertinggal membentuk tabungan nasional. Padahal, Malaysia sudah memulainya sejak 1959. Akibatnya, saat krisis melanda Asia pada 1997 / 1998, Indonesia paling sulit untuk bangkit lagi. Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan reformasi penyelenggaraan program jaminan sosial.

3.6. Cara Definisi

Adalah, yaitu, ialah, merupakan adalah kata – kata yang digunakan dalam mengembangkan paragraf dengan cara definisi. Kata adalah biasanya digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata benda, yaitu digunakan jika sesuatu yang akan didefinisikan diawali dengan kata kerja atau sifat.
Jika akan menjelaskan sinonim suatu hal, kata ialah yang digunakan dan jika akan mendefinisikan pengertian rupa atau wujud, kata merupakan yang dipakai.
Contoh pengembangan paragraf dengan cara definisi :
Apakah psikologi itu ? R.S. Woodworth berpendapat, “Psikologi ialah ilmu jiwa.”, sedangkan menurut Crow dan Crow “Psikologi adalah kejiwaan manusia dalam berinteraksi dengan dunia sekitarnya.”. sementara itu, Santian mengemukakan bahwa psikologi merupakan perwujudan tingkah laku manusia.

3.7. Cara Klasifikasi

Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan ciri – ciri tertentu. Kata – kata atau ungkapan yang lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikan.
Contohnya :
Penyelidikan tentang temperamen dan watak manusia telah dilakukan sejak dahulu kala. Hippo Crates dan Galenus mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat – zat cair yang ada di dalam tubuhnya. Empat golongan tersebut yaitu sanguistis ( banyak darah ) yang sifatnya periang, gembira, optimistis, dan lekas berubah – ubah. Kemudian, kolerisi ( banyak empedu kuning ) adalah manusia yang memiliki sifat garang, hebat, lekas marah, dan agresif. Selanjutnya, flogmatis ( banyak lendirnya ) adalah manusia yang sifatnya tenang, tidak mudah berubah, dan lamban. Terakhir, melankolis ( banyak empedu hitam ) memiliki sifat muram, tidak gembira, dan pesimistis (Purwanto, 1984 : 150).

Referensi
http://books.google.co.id/books?id=BADrCn6lQ0oC&pg=PA180&dq=syarat+paragraf+yang+baik+oleh+widjono+HS#v=onepage&q&f=false
================================================================================

Tugas Anda Adalah sebagai berikut.
1. setelah anda membaca Materi di atas, anda harus memperkaya bacaan anda dengan membaca materi yang serupa yang ada dalam buku atau referensi yang diberikan oleh Dosen.
2. Tugasnya adalah:
a. Anda membuat paragraf, yang terdiri dari 10 kalimat, dengan kalimat topik pada awal paragraf. (Buat sebanyak 3 buah, dengan topik yang masing-masing berbeda)
b. Anda membuat paragraf, yang terdiri dari 10 kalimat, dengan kalimat topik pada akhir paragraf. (Buat sebanyak 3 buah, dengan topik yang masing-masing berbeda)
c. Anda membuat paragraf, yang terdiri dari 10 kalimat, dengan kalimat topik pada awal dan akhir paragraf. (Buat sebanyak 3 buah, dengan topik yang masing-masing berbeda)
d. Anda membuat paragraf, yang terdiri dari 10 kalimat, untuk menunjukkan keutuhan dengan model paragraf LINIER. (Buat sebanyak 3 buah, dengan topik yang masing-masing berbeda)
e. Anda membuat paragraf, yang terdiri dari 10 kalimat, untuk menunjukkan keutuhan dengan model paragraf NON-LINIER.(Buat sebanyak 3 buah, dengan topik yang masing-masing berbeda)

3. Kerjakan tugas Anda di kertas ukuran A4. beri nama lengkap, kelas, NIM, dan cantumkan alamat email.

4. Tuliskan "TUGAS TPKI 3" pada Pojok Kanan Atas kertas Tugas Anda.

5. Kumpulkan secara kolektif pada Kosma, maksimal hari Rabu, 29 September 2010 pukul 16.00, di STAI pada dosen yang bersangkutan.

6. Selamat Bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar